Rabu, 18 Juni 2014

LAPORAN PRATIKUM KESEHATAN (kebisingan & pencahayaan)

LAPORAN PRATIKUM KESEHATAN
(BAGIAN KESEHATAN KERJA)
Dosen Pengampu : Puji Pranowowati,.SKM,.M.Kes



Disusun kelompok 5 :
Nining Lestari             (020111a015)
Sapiun Jaenah             (020111a019)
Sri Ambarwati             (020111a020)
Welly Apri Astito       (0201310b001)


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES NGUDI WALUYO
2014


BAB I
PENDAHULUAN

  1. TINJAUAN PUSTAKA
1.      Kebisingan
1)      Pengertian kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki,misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau menghalangi gaya hidup. (Kosa kata elekttro-teknik Internatisional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyaman serta dapat menimbulkan ketulian.
2)      Jenis-Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan berdasarkan spektrum frekuensi dan sifat sumber bunyi, bising dapat dibagi atas:
a.       Bising terus menerus (continuous noise)
Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti, misalnya  blower, pompa, kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar, dan peralatan pemprosesan. Bising terus-menerus adalah bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
b.      Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
c.        Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, dan katup gas.
d.       Bising terputus-putus (intermittent noise)
Adalah kebisingan saat tingkat kebisingan naik dan turun dengan cepat, seperti lalu lintas dan suara kapal terbang di lapangan udara. Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, dan kereta api.
e.        Bising tiba-tiba (impulsive noise)
Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar, seperti akibat ledakan, misalnya dari mesin pemancang, pukulan, tembakan bedil atau meriam, ledakan dan dari suara tembakan senjata api. Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan, suara ledakan mercon, dan meriam.
f.       Bising berpola (tones in noise)
Merupakan bising yang disebabkan oleh ketidakseimbangan atau pengulangan yang ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola gangguan misalnya disebabkan oleh putaran bagian mesin seperti motor, kipas, dan pompa. Pola dapat diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan atau secara objektif  dengan analisis frekuensi.
g.      Bising impulsif berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
3)      Pengaruh bising pada manusia
 Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas:
a.       Bising yang mengganggu (Irritating noise).
 Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
b.      Bising yang menutupi (Masking noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
c.       Bising yang merusak (Damaging/Injurious noise)
 Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
2.      Pencahayaan
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Salah satunya adalah penerangan yang baik. Di beberapa tempat kerja telah membuktikan bahwa  penerangan memberikan dampak positif seperti peningkatan produksi yang maksimal, tersedianya barang dan jasa, serta perluasan lingkungan kerja.
Ruang kelas merupakan salah satu tempat  yang digunakan untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan seperti,tempat untuk belajar, tempat untuk dosen melakukan pengajaran kepada mahasiswa. Ruang kelas  ini tentu membutuhkan penerangan yang baik, agar kegiatan yang dilakukan didalamnya dapat berjalan lancar.
Penerangan yang baik yaitu penerangan yang memungkinkan kita dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, berikut hal-hal yang menentukan penerangan yang baik, antara lain:
a.       Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan
b.      Pencegahan kesilauan
c.       Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan
d.      Arah sinar
e.       Warna
Penerangan yang buruk yaitu penerangan dimana kita kurang dapat melihat objek yang dikerjakan secara tidak jelas dan memungkinkan dibantu oleh alat Bantu penglihatan. Pengaruh yang mengakibatkan penerangan yang buruk, antara lain:
a.       Kelelahan mata
b.      Kelelahan mental
c.       Kerusakan alat penglihatan
d.       Keluhan pegal disekitar mata
e.       Bertambahnya kecelakaan
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara pada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakaan kerja meningkat.
Tingkat pencahayaan dapat diukur dengan menggunakan alat Lux Meter. Lux meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya cahaya yang terdapat pada suatu ruangan atau tempat tertentu.
  1. TUJUAN
1.       Untuk mengetahui intensitas kebisingan di suatu tempat kerja
2.      Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kebisingan
3.      Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengukuran kebisingan
4.      Untuk mengetahui intensitas penerangan di suatu tempat kerja
5.      Mahasiswa mampu melakukan pengukuran intensitas penerangan
6.      Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengukuran pencahayaan



BAB II
CARA KERJA PRAKTIKUM

  1. ALAT DAN BAHAN
1.      Kebisingan
a.       Sound level meter
b.      Lembar data
2.       Pencahayaan
a.       Lux meter atau Digital Light Meter
b.       Lembar data
  1.  CARA KERJA
1.      Kebisingan
1)       Persiapan Alat
a.       Pasang bateri pada tempatnya
b.      Tekan tombol power
2)      Pengukuran
a.       Pilih selector pada posisi :
·         fast untuk jenis kebisingan kontinue,
·         slow untuk jenis kebisingan implusive/terputus – putus
b.      Pilih selector range intensitas kebisingan
c.       Tentukan lokasi pengukuran
d.      Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit, dengan 6 kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukan pada monitor.
e.       Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan sesaat (Lek)
Lek = 10 Log (10L1/10 + 10l2/10 +10L3/10+......) dB
2.      Pencahayaan
1)      Persiapan Alat
a.        Pasang baterai pada tempatnya
b.      Tekan tombol power dengan membuka penutup sensor
c.       Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah di tentukan, baik intensitas penerangan umum atau setempat
d.      Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapatkan angka yang stabil
e.       Catat hasil pengukuran
f.       Matikan luxmeter setelah digunakna
2)      Pengukuran penerangan umum
a.       Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran
·         Bagi luas ruangan  kurang dari 10 m2, , titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada jarak 1 meter.
·         Luas ruangan 10 m2 sampai 100 m2 ,titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada jarak 3 meter.
·         Luas ruangan lebih dari 100m2, tiitk potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
b.      Lakukan pengukuran dengan tinggi Luxmeter kurang lebih 85-100 cm di atas lantai, dan posisi photo cell horizontal dengan lantai.
c.       Catat hasil pengukuran
3)       Pengukuran penerangan lokal/penerangan setempat
a.        Pengukuran dilakukan pada objek kerja berupa meja kerja atau peralatan kerja.
b.       Bagi objek kerja menjadi beberapa titik ukur (sejangkauan tangan)
c.       Pengukuran dilakukan dengan meletakan luxmeter  pada objek kerja
d.      Catat data yang diperoleh pada lembar data.
  1. STANDAR PENGUKURAN
1)      Kebisingan
Starndar pengukuran kebisingan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Kep 51/Men/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisik di tempat kerja.
2)      Pencahayaan
Standar pengukuran intensitas cahaya / penerangan adalah PMP No 7 Tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan , kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. HASIL
1.       Kebisingan
Lembar data pengukuran kebisingan
Nama alat                    : Sound level meter
Kelompok                   : 5
Tanggal                       :  26-04-2014
Jam                              :  14.45 - 15.13 WIB  
Cuaca                          : Hujan
Data pengukuran         :

No

Lokasi
Intensitas Kebisingn ( dB A) pada detik ke -

Range

L ek
1
20
40
60
80
100
  1.  
Gedung J.3
74.2
67.0
66.2
67.0
69.1
66.0
68.3
77.22 dB
2.

Gedung I ruang D3 Kebidanan
60.3
51.8
51.9
59.1
54.8
53.2
54.9
64.32 dB
2.       
Parkir Gedung PSKM
76.2
75.4
77.2
77.4
76.1
77.1
76.6
84.41  dB

Hasil perhitungan Lek :
1.      Lek = 10 Log (10L1/10 + 10l2/10 +10L3/10+10L4/10+10L5/10) dB
Lek = 10 Log (1074.2/10 + 1067.0/10 +1066.2/10+1067.0/10+1069.1/10+1066.1/10) dB
Lek = 10 Log ( 52697226.37) dB
Lek = 77.22 dB
2.      Lek = 10 Log (10L1/10 + 10l2/10 +10L3/10+10L4/10+10L5/10+10L6/10) dB
Lek = 10 Log (1060.3/10 + 1051.8/10 +1051.9/10+1059.1/10+1054.8/10+1053.2/10) dB
Lek = 10 Log ( 2701512.393 ) dB
Lek =  64.32 dB
3.      Lek = 10 Log (10L1/10 + 10l2/10 +10L3/10+10L4/10+10L5/10+10L6/10) dB
Lek = 10 Log (1076.2/10 + 1075.4/10 +1077.2/10+1077.4/10+1076.1/10+1077.1/10) dB
Lek = 10 Log ( 275819623 ) dB
Lek = 84.41  dB

  1. Pencahayaan
Penerangan lokal  
Nama ruangan                   : Gedung J.3
Alamat                              : STIKES NWU
Jenis lampu                        : Neon/Philip
Waktu pengukuran            : 14.45 – 15.13 WIB
Cuaca                                : Hujan


No

Lokasi
Intensitas Penerangan (Lux)

Rata-rata
Meja Dosen
Meja Mahasiswa
1.
Gedung J.3
83.6
57.6
70.6
2.
Gedung I ruang D3 Kebidanan
9.3
21.9
15.6


Penerangan Umum
Nama ruangan                   : Gedung J.3
Alamat                              : STIKES NWU
Jenis lampu                        : Neon/Philip
Waktu pengukuran            : 14.45 – 15.13 WIB
Cuaca                                : Hujan








No

Lokasi
Intensitas Penerangan (Lux)

Rata-rata
1
2
3
4
1.       
Gedung J.3
57.2
70.4
82.8
49.2
64.9
2.       
Gedung I ruang D3 Kebidaan

14.5

20.9

91.4

59.2

46.5

Keterangan :
Luas ruangan gedug J.3 dan Gedung I lebih  dari 100 m2 titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 m.
·         Gedung J.3 : Lampu  menyala, cuaca hujan, jendela belakang terbuka &  pintu di tutup .
·         Gedung I ruang D3 Kebidanan :  Lampu mati (1 & 2), lampu nyala ( 3 & 4), cuaca gerimis, jendela tertutup, pintu tertutup.
  1. PEMBAHASAN
1.      Kebisingan
Pengukuran kebisingan yang dilakukan di Gedung J.3 dan Gedung I ruang D3 Kebidanan  Stikes Ngudi waluyo ungaran  dilaksanakan saat cuaca hujan. Ruang J.3 yang di ukur memiliki luas ruangan sebesar 4 x 6 m2. Pengukuran dilakukan pada cuaca hujan , didapat hasil pengukuran yaitu  77.22 dB, 64.32 dB , dan 84.41  dB .
2.      Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan yang dilakukan di Gedung J.3 dan Gedung I ruang D3 Kebidanan  Stikes Ngudi waluyo ungaran  dilaksanakan saat cuaca hujan. Ruang J.3 yang di ukur memiliki luas ruangan sebesar 4 x 6 m2. Pengukuran dilakukan pada keadaan lampu menyala . Pengukuran pada keadaan lampu menyala dilakukan 2 jenis pengukuran, yaitu pengukuran umum dan pengukuran lokal.
Pengukuran umum yang dilakukan pada saat kondisi lampu menyala didapat hasil pengukuran yaitu  46.5  - 64.9 Lux. Pengukuran lokal dilakukan pada 2 titik, yaitu pada 1 meja dosen, 1 meja mahsiwa depa pojok .


BAB IV
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Dari pengukuran kebisingan  di dapatkan hasil di Gedung J.3 sebesar  77.22 dB , Gedung 1 ruang D3 Kebidanan sebesar 64.32 dB  dan Parkir PSKM  sebesar  84.41  dB . Ini menunjukan NAB pada tempat tersebut  tergolong  normal.
Untuk pengukuran  pencahayaan di Gedung J.3 tergolong normal, sedangkan di Gedung I ruang D3 Kebidanan tidak sesuai   NAB.
  1. SARAN
Untuk  pencahayaan sebaiknya  di lakukan perbaikan lampu supaya penerangan ruangan sesuai dengan NAB  dan nyaman digunakan dalam  proses belajar mengajar.