MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
“PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL”
Dosen
Pengampu : Sri Tjahjowati, SKM, M.Kes
Disusun
oleh :
Nining
Lestari
(020111a015)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES NGUDI WLUYO
2013
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan ucapan
alhamdulillahirobbil Alamin, Karena atas berkat Rahmat- Nya yang diberikan
kepada kita terutama nikmatul imaniwal islam, diantara beberapa nikmat tersabut
sehingg penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “PARTICIPATORY RURAL
APPRAISAL (PRA)”.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan
ini saya menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini,saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan
yang terbaik. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Ungaran,
31 Mei
2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang
mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam
proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas
(independent) dan mandiri (Oakley, 1991; dan Fatterman, 1996). Manusia memiliki
berbagai daya, yakni daya atau kekuatan berfikir, bersikap, dan bertindak.
Daya-daya itulah yang harus ditumbuhkembangkan pada manusia dan kelompok
manusia agar tingkat berdayanya optimal untuk mengubah diri dan lingkungannya.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah sama dengan pembangunan
masyarakat. Beberapa pendekatan dalam pembangunan masyarakat yang berkembang
antara lain:
1. Pendekatan
pada masyarakat secara menyeluruh. Pendekatan ini menuntut partisipasi yang
luas, masyarakat sebagai konsep sentral, serta memerlukan pendekatan holistik.
2. Pendekatan
berdasarkan kemandirian.
3. Pendekatan
pemecahan masalah tertentu.
4. Pendekatan
demonstratif.
5. Pendekatan
eksperimental.
6. Pendekatan
konflik kekuasaan.
Konsep pemberdayaan masyarakat dalam pandangan
UNICEF (1997) pendekatannya bertumpu pada risiko di keluarga, kebutuhan dan
hak-haknya dalam rangka menentukan prioritas dan strategi pembangunan. tingkat
kematian ibu yang tinggi, kekeurangan gizi ibu dan anak, rendahnya tngkat
pendidikan / kualitas pendidikan yang rendah, penyakit HIV / AIDS dan
psikotropika, serta anak-anak yang memerlukan upaya perlindungan khusus
merupakan lima masalah pokok yang selalu bergantian.Hasil kajian UNICEF
menunjukkan bahwa intervensi paling strategis adalah pada kelompok remaja,
kelompok yang menempati posisi terbesar dari penduduk negara kita. Dalam
pertimbangan sosial dan ekonomi, kelompok remaja (10-19 tahun) merupakan
kelompok yang akan memasuki pasar kerja, sehingga potensinya untuk menjadi
pekerja yang disiplin, terampil dan fleksibel harus dimaksimalkan.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui permasalahan Petani lele pada
lokasi suatu daerah tertentu menurut masyarakat setempat, yang bertujuan untuk
membuat kegiatan atau program tertentu yang dapat dijadikan sebagai solusi atas
pemecahan permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dengan teknik FGD
(Foccus Group Discussion).
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Participatory Rural Appraisal (PRA)
PRA yang dikembangkan oleh Robert Chamber lebih
ditunjukkan untuk orang luar, bagaimana seharusnya orang luar yang membantu
masyarakat untuk mengembangkan dirinya, mendudukan posisinya ditengah-tengah
masyarakat. Orang luar ini bisa para pegawai pemerintah, anggota LSM,
orang-orang Perguruan Tinggi dll.
PRA itu sendiri menurutnya adalah metode yang
mendorong masyarakat pedesaan/pesisir untuk turut serta meningkatkan
pengetahuan dan menganalisa kondisi mereka sendiri, wilayahnya sendiri yang
berhubungan dengan hidup mereka sehari-hari agar dapat membuat rencana dan
tindakan yang harus dilakukan, dengan cara pendekatan berkumpul bersama.
2.
Penerapan
Metode PRA
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau
Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang
memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan
dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode dan
pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma
pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara
sedang berkembang.Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia
ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses
pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut
serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil
pembangunan. Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan
paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.
Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun
1990-an yang merupakan bentuk pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi
Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada
tahun 1980-an. Kedua metode tersebut saling berhubungan erat dan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi.
Tabel 1. Pendekatan-pendekatan untuk memajukan
partisipasi
1
|
Partisipasi
Pasif, pelatihan
dan
informasi
|
Pendekatan
" kami
lebih
tahu apa yang
baik
bagimu"
|
Tipe
komunikasi satu arah seperti antara guru dan muridnya yang diterapkan
diantara staf proyek dan masyarakat setempat pada saat kunjungan ke desa.
Paket-paket teknis yang berbeda diiklankan kepada masyarakat untuk
menerimanya
|
2
|
Sesi
partisipasi aktif
|
Pendekatan
"pelatihan
dan
kunjungan"
|
Dialog
dan komunikasi dua arah memberikan
kepada
masyarakat kesempatan untuk berinteraksi dengan penyuluh / petugas dan
pelatih dari luar.
|
3
|
Partisipasi dengan
keterikatan
|
Pendekatan "kontrak,
tugas yang dibayar": bila Anda melakukan ini,
maka proyek
akan melakukan itu.
|
Masyarakat setempat,
baik sebagai pribadi ataupun kelompok kecil, diberikan pilihan untuk terikat
pada sesuatu dengan tanggungjawab atas setiap kegiatan pada masyarakat dan
juga pada proyek. Model ini memungkinkan untuk beralih dari model klasik ke
model yang diberi subsidi, panitia setempat bertanggungjawab atas
pengorganisasian dan pelaksanaan tugas. Manfaatnya, dapat dibuat modifikasi
seiring tujuan yang diinginkan.
|
4
|
Partisipasi atas permintaan
setempat
|
Pendekatan PRA dan
kegiatan penelitian, pendekatan yang
didorong oleh
permintaan
|
Kegiatan proyek lebih
berfokus pada menjawab kebutuhan yang dinyatakan oleh masyarakat setempat,
bukan kebutuhan yang dirancang dan disuarakan oleh orang luar. Kegiatan
bukanlah proyek yang tipikal; tidak ada jadual untuk intervensi fisik; tidak
ada anggaran untuk suatu periode tertentu; tidak ada rencana pelaksanaan atau
struktur proyek; dan tidak ada komando satu arah dari proyek kepada kelompok
sasaran. Masalahnya: bagaimana masyarakat setempat dapat memberi perhatian terhadap sesuatu yang
baru dan berbeda, apabila sebelumnya mereka tidak
mengetahui apapun
mengenai apa yang akan terjadi. Metode yang dipakai adalah motivasi dan
animasi, bukan 'menjual atau mendorong'. Pertanyaan sukarela dan permintaan
untuk bantuan serta lebih banyak informasi jelas diperlukan.
|
Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak
digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif,
baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
3.
Tujuan
Penerapan Metode PRA
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau
metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta
membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996). Beberapa prinsip dasar
yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatara lain adalah :
·
saliang belajar dan berbagi pengalaman,
·
keterlibatan semua anggota kelompok dan
informasi,
·
orang luar sebagai fasilitator,
·
konsep triangulasi,
·
serta optimalisasi hasil,
·
orientasi praktis dan keberlanjutan
program (Rochdyanto, 2000:55).
Metode tersebut dipandang telah memiliki
teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa
keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan. Pendekatan
PRA memang bercita-cita menjadikan masyarakat menjadi peneliti, perencana, dan
pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek
penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis
untuk pengembangan program itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA
dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan
masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan
ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan
(sustainability) program dapat terjamin.
4.
Prinsip-Prinsip
PRA
a)
Saling
belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat.
Prinsip
dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa
PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi
pengetahuian tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya
sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional
yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam
perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat
mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern yang
diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh karenanya
diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program
yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah
selesai, sempurna, dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus
dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang
dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA.
Bukannya kesempurnaan penerapan yang ingin dicapai, namun penerapan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang
terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan kegiatan coba-coba
(trial and error) yang tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan kesalahan.
b)
Keterlibatan
semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal.
Masyarakat
bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang
mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua
golongan masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan
justru yang paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan sosial komunitasnya
(miskin, perempuan, anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan
pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling
menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang terpenting adalah
pengorganisasian massalah dan penyusunan prioritas masalah yang akan diputuskan
sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam
suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai
tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut
secara protokoler. Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong
kegiatan PRA berjalan dengan baik.
c)
Orang
luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku.
Konsekuensi
dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai
pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan
dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal
sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama,
dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
d)
Konsep
triangulasi
Untuk
bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa
digunakan konsep triangulasi yang
merupakan bentukpemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck).
Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu),
sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi
teknik.
1. Penggunaan
variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa
diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan
proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam
pengembangan program
2. Menggali
berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan
informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan menggunakan
teknik lain.
3. Tim
PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota
tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadappenggalian informasi
dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
e)
Optimalisasi
hasil
Pelaksanaan
PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi
masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil
dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya
kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan
yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
f)
Berorientasi praktis
Orientasi
PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan
penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih
baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai
perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
g)
Keberlanjutan program
Masalah
dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang
sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun
juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang
digerakkan dari potensi masyarakat.
h)
Mengutamakan
yang terabaikan
Prinsip
ini dimaksudkan agar masyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan
untuk berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.
Keperpihakan pada pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti
bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran
untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada
di masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya
dapat meningkat.
i)
Pemberdayaan
(Penguatan) masyarakat
Kemampuan
masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan
keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Dengan demikian masyarakat memiliki akses peluang dan kesempatan)
serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai keadaan yang
terjadi. Dengan demikian mereka dapat mengurangi ketergantungan terhadap
bantuan ‘orang luar’
j)
Santai
dan informal
Penyelenggaraan
kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang
luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kedatangan orang
luar tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya
maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan jadwal atau waktu kegiatan masyarakat,
sehingga penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat.
k)
Keterbukaan
PRA
sebagai metode dan perangkat teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum
sempurna, dan belum selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik
masih terus dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemi kiran untuk memperbaiki konsep dan
pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat berguna
dalam memperkaya metode ini.
5.
Struktur
Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah
pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu
pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas
adalah sebagai berikut :
a. Pengenalan
masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan
masyarakat secara umum.
b. Perumusan
masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan
potensi setempat.
c. Identifikasi
alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai
kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
d. Pemilihan
alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan
sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
e. Perencanaan
penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
f. Penyajian
rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat
yang lebih besar.
g. Pelaksanaan
dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masyarakat.
h. Pemantauan
dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah
disusun.
i.
Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk
melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya
massalah lanjutan, dll.
6.
Permasalahan
PRA
Meningkatnya secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan
menyebabkan sedemikian terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman
yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan
harapan yang terlalu tinggi akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa masalah
yang timbul akibat merebaknya penggunaan metode PRA adalah :
a) Permintaan
melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal tanpa
cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
b) Kehilangan
tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan
tanpa tujuan yang jelas
c) Kembali
menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.
Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas
untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
d) Mengatasnamakan
PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program pengembangan
masyarakat.
e) Terpatok
waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
f) Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak
hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.
7.
Teknik-Teknik
PRA
Dalam perkembangannya telah banyak dikembangkan
beberapa teknik PRA yang pada intinya merupakan bentuk implementasi dari metode
PRA. Sudah barang tentu teknik teknik yang dikembangkan tersebut disesuaikan
dengan maksud dan tujuan penerapan metode PRA sendiri, serta semestinya tidak
menutup kemungkinan atau bahkan dapat disebutkan mengharuskan adanya
improvisasi dan modifikasi terhadap metode PRA itu sendiri. Beberapa teknik
penerapan PRA anatar lain :
a) Tehnik
Penelusuran Alur Sejarah Lokasi/Desa
adalah tehnik PRA yang
dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat disuatu lokasi
tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri.
b) Tehnik
Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan
adalah tehnik PRA yang
dapat menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian serta
kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu.
c) Penyusunan
Kalender Musim
adalah tehnik PRA yang
memfasilitaso pengkajian kegiatan –kegiatan dan keadaan-keadaab yang terjadi
berulang dalam satu kurun waktu tertentu (musim) dalam kehidupan masyarakat.
d) Tehnik
Pembuatan Peta
adalah tehnik PRA yang
digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah desa tersebut
beserta lingkungannya.
e) Tehnik
Penelusuran Desa/Lokasi
adalah tehnik PRA untuk
melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan
cara berjalan menelsurui wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang
disepakati.
f) Pembuatan
seksa Kebun
tehnik PRA yang
memfasilitasi pengkajian berbagai aspek pengelolaan kebun diwilayah atau desa
yang bersangkutan.
g) Pembuatan
Bagan Hubungan Kelembagaan
tehnik PRA yang
digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan
lembaga-lembaga yang terdapat dlingkungannya.
h) Kajian
Mata Pencaharian
tehnik PRA yang
digunakan memfasilitasi diskusi mengenai bebagai aspek mata pencaharaian
masyarakat.
i)
Wawancara Keluarga etani
tehnik PRA yang
dipergunakan untuk mengkaji sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek kehidupan
kleluarga petani, yang disusun didalam Pedoman Wawancara.
j)
Tehnik Pembuatan Bagan Arus Masukan dan
Keluaran
adalah tehnik PRA untuk
mengkaji sistem sistem yang ada di masyarakat.
k) Tehnik
Pembuatan Bagan Peringkat
adalah tehnik untuk mengkaji
sejumlah topik dengan memberi nilai pada masing-masing aspek kajian,
berdasarkan sejumlah kriteria perbandingan.
Tahapan
proses yang dikemas untuk mencapai tujuan penyelenggaraan penyuluhan pertanian
PRA :
1.
RUK ( Rencana usaha Kelompok) yang
diawali dengan penyusunan Profil Keluarga serta pemilihan jenis usaha
potensial. Instrumen RUK dimaksudkan
sebagai sarana dan metode belajar petani dan keluarganya untuk membangun
perilaku berencana dan kemampuan menyusun rencana usaha tani kelaurganya secara
realistik , rasional dan berkelanjutan .
2.
RKK ( Rencana Kegiatan Kelompok)
Instrumen RKK dipakai sebagai sarana dan metode belajar petani dalam
mengembangkan kemampuan berorganisasi dan kerjasama antar indiividu petani
dalam tatanan komunitas terkecil (kelompok) terutama dalam mengembangkan
kegiatan bersama dikelompoknya untuk mendukung pengembangan usahatani keluarga
para anggotanya agar lebih ekonomi efektif dan efisien.
3.
RKD ( Rencana Kegiatan Desa ) Instrumen
RKD merupakan sarana dan metode belajar masyarakat petani agar mereka
berkemampuan dalam berorganisasi dan membangun kerjasama antar kelompok dan
jejaringan kerjasama antar kelompok dan jejaringan kemitraan usaha dengan
opihak –pihak lainnya dalam satu wilayah Desa.
4.
RKPD ( Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa
) merupakan instrumen pembelajaran petani untuk mampu merencanakan dan
merumuskan kegiatan belajarnya berdasarkan kebutuhan mereka sendiri.
5.
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang
dikelola oleh Petani
6.
Monitoring dan Evaluasi ( Monev)
Partisipatif
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kajian
Keadaan Pedesaan secara Partisipatif adalah salah satu tahap dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian
atau Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari beberapa tahapan yaitu, Kajian
Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat, Pengembangan Kelompok, Perencanaan dan
Pelaksanaan Kegiatan dan Monitoring dan Evaluasi.
Pendekatan
yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan sacara partisipatif, adalah
'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik
dan alat yang mendorong masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar
mereka dapat membuat rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan
agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam
kegiatan program pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar