MAKALAH EPID P2M
“DIARE”
Pengampu : Yuliaji Siswanto, S.KM, M.Kes (Epid)
Di susun oleh kelompok 4 :
Nining Lestari (020111a015)
Nur Kakim (020111a016)
Putri Janurwati (020111a18)
Yulianti Sulastri (020110a049)
Sandra Kurnia (020109a024)
L. Herpian Mazhak (020801010)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES NGUDI WLUYO
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan ucapan alhamdulillahirobbil Alamin, Karena atas berkat Rahmat- Nya yang diberikan kepada kita terutama nikmatul imaniwal islam, diantara beberapa nikmat tersabut sehingg penulis dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul tentang “ Penyakit Diare ”.
Penulis menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan
dan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Ungaran,
10 juni 2013
Penulis
Kelompok
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat
ini masih merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena seringnya terjadi
peningkatan kasus-kasus pada saat atau musim-musim tertentu yaitu pada musim
kemarau dan pada puncak musim hujan (Sunoto, 1990). Penyakit diare masih
termasuk dalam 10 penyakit terbesar di Indonesia tahun 1999 sebesar 5 per 1000
penduduk dan menduduki urutan kelima dan 10 penyakit terbesar.
Penyakit diare masih sering menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang
banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tata laksana diare yang cepat,
tepat dan bermutu kematian dapat ditekan seminimal mungkin.
Diare hingga kini masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini
morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk
dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean
(kalbe.co.id). Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di
Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka
morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang dilakukan secara baik
selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun
tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup
tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat
diturunkan.
1.
Apa diare itu ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kejadian diare ?
3.
Sebutkan gejala penyakit
diare ?
4.
Apa saja penyebab terjadinya
diare ?
5.
Jelaskan riwayat alamiah
diare ?
6.
Jelaskan prevalensi diare ?
7.
Bagaimana penyebaran dan
cara penularan penyakit diare ?
8.
Apa saja jenis-jenis diare itu?
9.
Bagaiman cara pencegahan dan
perawatan diare ?
1.
Mengetahui pengertian diare
2.
Mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kejadian diare
3.
Mengetahui gejala penyakit
diare ?
4.
Mengetahui penyebab
terjadinya diare ?
5.
Mengetahui riwayat alamiah
diare ?
6.
Mengetahui prevalensi diare
?
7.
Mengetahui penyebaran dan
cara penularan penyakit diare ?
8.
Mengetahui jenis-jenis diare itu?
9.
Mengetahui cara pencegahan
dan perawatan diare ?
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadi frekuensi defekasi yang
abnormal (lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200
gram per hari) dan konsistensi (feses cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan
frekuensi diare terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. (Smeltzer, 2002).
Diare juga merupakan keadaan frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
dengan konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (WHO,1980).
Definisi diare yang diberikan oleh
Depkes RI (2003) adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar (BAB) lebih banyak dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam
sehari).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang
menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir
kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh
terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan
cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan
anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya. 2008).
Beberapa definisi yang telah disebutkan
di atas, menjelaskan definisi diare berdasarkan konsistensi dan bentuk tinja
(feses) yang melembek dengan atau tanpa menunjuk pada frekuensi diarenya.
Bahkan definisi diare yang diberikan WHO secara spesifik juga menyebutkan diare
dengan feses yang berwarna hijau, bercampur lendir dan atau darah. Dengan
demikian, secara umum berdasarkan beberapa definisi diare dapat disebutkan
bahwa diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang
sering melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek sampai
cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor
gizi. kepadatan penduduk, sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan
(Sutoto.1992 ) :
1.
Faktor Gizi
Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi
penderita. Pada penelitian yang cermat insiden diare pada anak bergizi kurang
ternyata saran dengan anak yang gizinya baik. Namun anak yang gizinya menderita
diare lebih berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih
berat. Juga diare pada anak bergizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian
karena penyembuhan dan perbaikan kerusakan usus akibat infeksi lebih lambat
terjadi pada anak yang gizinya kurang (Depkes RI. 1990).
Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare
mendorong anak ke arah gizi kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke arah
diare yang lebih berat. Bila lingkaran ini tidak diputus pada waktunya mungkin dapat
amat berat atau karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena diare yang
misalnya penemonia. (Depkes RI, 1990).
2.
Faktor Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya penularan
diare. Kelompok usia di bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang paling
banyak menderita diare. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan
kejadian diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah anggota
keluarga banyak mempunyai hubungan yang bermakna. (Tandiyo, 1984).
Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi atau
lebih untuk tiap orang, didapati kejadian diare anak balita 10,3 % di kota dan
9,7 % di desa. Sedangkan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang 11,8
% dan 13,5 %.
Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping sandang dan
pangan. Demi kenyamanan tinggal di rumah maha seharusnya rumah memenuhi
kebutuhan kondisi tempat tinggal yang sehat. Rumah yang sehat dengan memenuhi
tata ruang yang memenuhi syarat dapat menghindari terjadinya dan menularnya
penyakit. Kepadatan hunian adalah satu unsure kenyamanan tinggal di rumah,
perlu dipikirkan dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih tiap orang,
mengingat kepadatan hunian termasuk factor yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap kejadian diare anak balita. Dalam analisis ini hampir 60,% anak balita
tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang.
Anilisis faktor ini menunjukkan anak-anak balita yang tinggal di rumah dengan
kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang mempunyai resiko menderita
diare 1,37 kali dibanding anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan 10
meter persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini mengingat menjadi 1,85 setelah
kepadatan hunian berinteraksi dengan faktor sosial demografi dan lingkungan
yang lain (Joko Iriantc dkk ; Analisis Lanjut SDKI, 1994).
3.
Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat,
misalnya meningkatkan fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat.
Hal ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat.
Selain itu masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan
sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk (Tandiyo, 1984).
4.
Faktor Prilaku Masyarakat
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan. adalah bagian
terpenting dalam penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu seperti
mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama
sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah
dibuktikan mempunyai dampak dalam kejadian diare dan harus menjadi sasaran
utama dalam pendidikan kebersihan, Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi
dalam air mencuci tangan dari 79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di
sebuah rumah sakit di Banglades karena diare (Akral, 1990).
Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.
Kebiasaan adat istiadat dapat mempeugaruhi kesenatan individu.
Oleh sebab itu faktor kebiasaan merupakan faktor yang penting dalam penyebaran
terjadinya penyakit diare antara lain penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak saniter. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu
dini, susu botol 4-6 bulan pertama) serta kebersihan perorangan (Depkes Rl;
Ajar Diare, 1990).
5.
Faktor Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam
mempengaruhi kejadian diare di masyarakat. Keadaan kesehatan lingkungan yang
berkaitan erat dengan diare adalah pengadaan air bersih dan jamban keluarga.
Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan air
bersih akan menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini dapat memudahkan masuknya
kuman penyakit dan terkontaminasinya rnakanan yang akan dikonsumsi masyarakat.
penggunaan jamban yang tidak saniter akan semudahkan cara penularan penyakit
diare. Berdasarkan penelitian Sidik Wasito di Sumedang menunjukkan bahwa pada
kelompak keluarga yang membuang kotoran secara saniter mempunyai angka terkena
penyakit diare lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang membuang kotoran yang
tidak saniter.
Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi pula oleh
kwalitas persediaan air bersih (minum) Sutrisno Eram (1977) meingatakan bahwa
kejadian tersangka kolera ternyata lebih tinggi di wilayah air dangkal
(Kabupaten Sleman, Bantul dan Kodya Yogyakarta). Sedangkan Sumantri dkb: (1979)
mendapatkan dari 68 keluarga di pinggiran kota Semarang, sebanyak 17,65 %
mempergunakan air minum "baik" dan 82,35 % air minum kotor (rakteri
E. Col' positif) dengan kejadian yang berbeda bermakna (ignatius SP; 1980).
Selain itu penggunaan jamban yang benar dapat mengurangi risiko
diare lebih baik dari pada perbaikan sumber air, walaupun dampak yang paling
tinggi dapat diharapkan dari gabungan kebersihan dan perbaikan sumber air.
Hasil penelitian dampak proyek sumber air dan kebersihan 28 negara menunjukkan
penurunan angka kesakitan diare 22-27 % dan penurunan angka kematian diare
21-30 % (Sunoto, 1990).
6.
Faktor Musim
Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim. Pada daerah yang
bermusim tropis, diare oleh bakteri cenderung terjadi lebih sering pada musim
panas. Sedangkan diare oleh virus terutama oleh rotavirus cenderung terjadi
Sepanjang tahun dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim kemarau.
Sedangkan diare oleh bakteri cenderung memuncak pada musim hujan (Depkes
KL.Ajar Diare, 1990).
C.
Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja
yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :
·
Muntah
·
Badan lesu atau lemah
·
Panas
·
Tidak nafsu makan
·
Darah dan lendir dalam
kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara
tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu
makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit
perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak
demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit
kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau
terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan
kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang
dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan
syok.
Komplikasi diare yang sering terjadi
adalah dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik),
renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi
sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang
terjadi juga pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi protein
(akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
Komplikasi yang jarang terjadi adalah
kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-kadang usus yang
berlubang. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan
sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (Ummuauliya. 2008).
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu:
1)
Faktir infeksi
a.
Infeksi enteral yaitu
infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, yang meliputi:
Infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya).Infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain). Infeksi parasit (Cacing, Protozoa, dan
Jamur).
b.
Infeksi parenteral yaitu
infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut
(OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumania, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2)
Faktor malabsorbsi
a.
Malabsorbsi karbohidrat:
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b.
Malabsorbsi lemak.
c.
Malabsorbsi protein.
3)
Faktor makanan: makanan
basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4)
Faktor psikologis: rasa
takut dan cemas. (Ilmu kesehatan anak,
1985)
1.
Patogenesis Diare
Mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
a)
Gangguan osmotic
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b)
Gangguan sekresi
Akibat rangsang tertentu ( Misalnya toksin pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
c)
Gangguan motalitas usus
Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
menyerap makan seingga timbul diare. Sebaliknya bila pristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
2.
Gambaran Klinik
Mula-mula pasien cengeng gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin
disertai ledir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyak asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh
usus selama diare.
Gejala muntah sebelum dan sesudah diare dan dapat menyebabkan
lambung juga turut meradang, atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit.
Timbul dehidrasi akibat kebanyakan kehilangan cairan dan elektrolit . Gejala
dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan menurun turgor berkurang mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguri sampai anuri). Bila
sudah asidosis metabolis pasien akan tampak pucat dengan pernapasan cepat dan
dalam (kussmaul). Asidosis metabolisme karena:
ü Kehilangan NaCO3 melalui tinja diare
ü Ketosis kelaparan
ü Produk- produk metabolic
ü Berpindahnya ion natrium dari cairan intra sel ke ekstrasel
ü Penimbunan laktat (anoksia jaringan)
Prevalensi diare pada tahun 1997 adalah
lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil survey pada tahun 1991 sebesar 11 %
dan tahun 1994 sebesar 12%.. Pada tahun 1997 prevalensi diare lebih tinggi di
daerah pedesaan daripada di perkotaan, tetapi membandingkan wilayah Jawa-Bali
dengan luar Jawa-Bali tidak tampak perbedaan yang berarti (Julianto Pradono dan
L. Ratna Budiarso, 1999).
Sampai saat ini penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan rnasyarakat di Sulawesi Selatan. Hal ini dapat
dilihat pada pencatatan dan pelaporan Puskesmas dan Rumah Sakit di Sulawesi
Selatan pada tahun 1999 dimana penyakit diare menempati urutan keempat dari 10
besar penyakit rawat jalan dengan angka kesakitan 3,34 per 1000 penduduk.
Penyakit diare di Propinsi Sulawesi
Selatan masih termasuk dalam 10 penyakit terbesar bahkan menduduki urutan
pertama dengan angka kesakitan sebesar 58,2% tahun 2000 dan pada tahun yang
sama jumlah penderita dan kematian akibat penyakit diare di Propinsi Sulawesi
Selatan yaitu : umur < 1 tahun sebanyak 37.937 penderita dan yang mati 20
orang, umur 1-4 tahun sebanyak 53.282 orang penderita dan yang mati 13 orang,
umur 5 tahun ke atas tercatat 125.407 orang penderita dan yang mati sebanyak 47
orang dengan CFR 0,02 % dan IR 26,58 %.
Penyakit diare di puskesmas Kaimana
Kabupaten Kaimana Propinsi Irian Jaya Barat masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat setiap tahunnya. Pada tahun 2000 tercatat penyakit diare menempati
urutan ke dua berdasarkan pola kesakitan 10 besar penyakit rawat jalan di
Puskesmas, setelah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian
atas, dengan angka kesakitan 20,25 per 1000 penduduk.
Kematian bayi di Indonesia sangat
tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia menduduki rangking keenam dengan
angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati pertahunnya. Kasus kematian bayi
di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko (2008), kematian bayi di Indonesia
disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan
antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi
(70-90%), tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal (Kompas.com 2008).
Proporsi diare akut rotavirus selama 1
tahun penelitian di Indonesia adalah 56,5 % dengan 95 % CI 51,3 - 61, 6%. Hasil
ini sama dengan penelitian-penelitian di luar negeri sebelumnya, antara lain
Rodriquez (1974-1975) dan Pickering. (1978-1979) mendapatkan angka kejadian 47%
dan 59%, sedangkan di Indonesia penelitian Yorva (tahun 1998) mendapatkan angka
50% hampir sama dengan penelitian ini dan sama dengan negara maju. Hasil ini
memprediksi adanya perbaikan hygiene dan sanitasi kita. Kasus diare rotavirus
merata sepanjang tahun, sedangkan kasus diare non rotavirus dan diare
keseluruhan meningkat pada musim kemarau, tetapi tidak ada trend menurut musim.
Keadaan ini berkaitan dengan cara penularan diare non rotavirus yang water
borne dan melalui tangan mulut, sedangkan diare rotavirus selain ditularkan
secara fekal oral, diduga ditularkan juga melalui droplet saluran napas.
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan
5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini
meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun
sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159
orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare. Melihat data
tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang tidak terlaporkan,
departemen kesehatan menganggap diare merupakan isu prioritas kesehatan di
tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada kesehatan mayarakat
(Depkes RI 2008).
Prevalensi diare berdasarkan umur
menurut data dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2007,
diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi
pada balita (16,7%). Prevalensi diare 13% lebih banyak di perdesaan dibandingkan
perkotaan,cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan tingkat
pengeluaran RT per kapita rendah. Prevalensi diare yang tinggi pada bayi dan
anak balita tidak selalu diberi oralit, proporsi yang mendapat oralit pada ke
dua kelompok umur tersebut berturut-turut 52,8% dan 55,5%
1)
Penyebaran :
a.
Penyebaran Diare Menurut Orang
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita
pada daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
dapat menyerang semua golongan semua umur. Kejadian diare di Indonesia
diperkirakan 40-50 per 100 penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya
terjadi pada golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah
2 tahun (Sunoto, 1979 ; dalam Asnil dkk, 1982).
b.
Penyebaran Diare Menurut Ternpat
Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya berbeda.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian diare itu diataranya keadaan geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan
penduduk dan pelayanan kesehatan. (Depkes'RI, 1990).
Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare dipengaruhi oleh
sanitasi dan hygiene perorangan, namun adanya perbedaan insiden di suatu tempat
juga dipengaruhi oleh spesifikasi tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman
kumuh dengan jumlah penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan
secara cepat bila dibandingkan dengan pemukiman lain yang tidak padat.
c.
Penyebaran Diare Menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu tertentu.
Variasi kajadian diare rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu dengan yang
lainnya. WHO pemah mengadakan penelitian dimana diketahui bahwa insiden diare
dipengaruhi oleh iklim (WHO, 1985).
Sedangkan menurut Winardi Bambang (1982) diperkirakan sekitar 10 %
dari kunjungan ke Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas, berdasarkan laporan
dari seluruh Indonesia adalah penderita penyaklit diare serta terlihat pula
adanya variasi musim hujan (September - Januari).
2)
Cara penularan :
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum
yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga
dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
Ø Faktor yang meningkatkan penyebaran kuman penyebab diare:
1)
Tidak memadainya penyediaan
air bersih
2)
Air tercemar oleh tinja
3)
Pembuangan tinja yang tidak
hygienis
4)
Kebersihan perorangan dan
lingkungan jelek
5)
Penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak semestinya
6)
Penghentian ASI yang terlalu
dini
1) Diare
akut
Diare
akut bercampur air (termasuk kolera) adalah diare yang berlangsung selama
beberapa jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan
jika tidak diberikan makan/minum.
Diare akut bercampur
darah (disentri) dapat menyebabkan kerusakan usus halus (intestinum), sepsis
(infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain
termasuk dehidrasi.
2) Diare
dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor)
Berdampak
pada infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta
defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral
3) Diare
Persisten
Diare
persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama) dapat menyebabkan
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga
bisa terjadi.
4) Disentri
adalah diare disertai darah dengan ataupun tanpa lender
5) Kholera
adalah diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera.
Ø Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dapat dibagi menjadi:
1. Diare
tanpa dehidrasi (kekurangan cairan) :
ü Berak
cair 1-2 kali sehari
ü Tidak
haus dan tidak muntah
ü Masih
bisa makan dan bermain
2. Diare
dengan dehidrasi ringan/sedang :
·
Berak cair 4-9 kali sehari
·
Kadang muntah 1-2 kali sehari.
·
Kadang panas
·
Haus
·
Tidak mau makan
·
Badan lesu lemas.
3. Diare
dengan dehidrasi berat:
ü Berak
cair terus-menerus
ü Muntah
terus-menerus
ü Haus
sekali
ü Mata
cekung
ü Bibir
kering dan biru
ü Tangan
dan kaki dingin
ü Sangat
lemah
ü Tidak
mau makan
ü Tidak
mau bermain
ü Tidak
kencing 6 jam atau lebih
ü Kadang-kadang
dengan kejang dan panas tinggi
Ø Berdasarkan tonisitas plasma dapat
dibagi menjadi:
1) Dehidrasi
hipotonik (dehidrsi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma kurang
dari 130 mEq/l.
2) Dehidrasi
isotonic (dehidrasi isonatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma 130-150
mEq/l.
3) Dehidrasi
hipertonik (dehidrasi hipernatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma
lebih dari 150 mEq/l.
(Ilmu Kesehatan Anak,
1985)
1) Pencegahan
diare
Hasil penelitian
terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah:
a. Memberikan
ASI
ASI
adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan.
Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI steril, berbeda
dengan sumber susu lain: susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air
atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI
saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan
anak dari bahaya bakteri dan organism lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh.
b. Memperbaiki
makanan pendamping ASI
Pemberian
makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan
makanan orang dewasa. Masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi
sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya
risiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian.
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap
kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
c. Menggunakan
air bersih yang cukup
Sebagian
besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral.
Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda
yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersihmempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan
air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi muali dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
d. Mencuci
tangan
Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan.mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian
diare.
e. Menggunakan
jamban
Pengalaman
di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak
yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air di jamban. Yang
harus diperhatikan oleh keluarga dalam hal ini adalah:
·
Keluarga harus mempunyai jamban yang
berfungsi dengan baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
·
Bersihkan jamban secara teratur.
·
Bila tidak ada jamban, jangan biarkan
anak-anak pergi ke tempat buang air sendiri, buang air besar hendaknya jauh
dari rumah, jalan setapak, dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10
meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
f. Membuang
tinja bayi yang benar
Banyak
orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar.
g. Memberikan
imunisasi campak
Diare
sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah
diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9
bulan.
2)
Perawatan penderita diare:
a. Meningkatkan
pemberian cairan rumah tangga (kuah sayur, air tajin, larutan gula garam, bila
ada berikan oralit)
b. Meneruskan
pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan ekstra sesudah
diare.
c. Membawa
penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam 3 hari tidak membaik atau :
ü Buang
air besar makin sering dan banyak sekali.
ü Muntah
terus menerus.
ü Rasa
haus yang nyata.
ü Tidak
dapat minum atau makan.
ü Demam
tinggi.
ü Ada
darah dalam tinja
3) Pengobatan
Upaya pertolongan bagi
penderita diare meliputi tiga dasar pengobatan, diantaranya :
a) Pemberian
cairan
Cairan
yang diberikan bagi penderita diare, yaitu cairan rehidrasi oral dan dan cairan
parenteral. Cairan rehidrasi oral terdiri dari formula lengkap yaitu formula
yang mengandung NaCl, NaHCO3, KCL, dan glukosa. Serta formula sederhana yaitu
formula yang hanya mengandung NaCl, dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya
larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam, dan
sebagainya,cairan ini diberikan untuk pengobatan pertama di rumah pada semua
anak dengan diare akut, baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi
ringan.
Sedangkan
cairan parenteral terdiri dari: DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian
glukosa 5%), RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa 5 %), RL (Ringer
Laktat), 3 @ (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukaosa 5% + 1 bagian Na laktat
1/6 mol/l), DG 1:2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%), RLg 1:3 (1
bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10%), Cairan 4:1 (4 bagian glukosa
5-10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½ % atau 4 bagian glokosa 5-10% + 1 bagian NaCl
0,9%).
Cairan
tersebut di atas diberikan melalui 3 jalan yaitu : Peroral (untuk dehidrasi
ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran
baik). Intragastrik (untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi,
tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun). Intavena (untuk dehidrasi
berat).
b) Dietetik
(pemberian makanan)
Dengan
memberikan susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron), makanan setengah padat (bubur
susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu, dan atau
makanan dengan gizi tinggi yang cukup agar stamina tubuh berangsur kuat.
c) Obat-obatan
Prinsip
pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain. Yang tergolong obat diare, antara lain: Obat anti sekresi (asetosal dan
klorpromazin). Obat anti spasmolitik (papaverine, ekstrak beladona, opium,
loperamid dan sebagainya). Obat pengeras tinja (koalin, pektin, charcoal,
tabonal, dan sebagainya). Dan antibiotika.
(Ilmu
kesehatan anak,1985).
Secara umum berdasarkan beberapa
definisi diare dapat disebutkan bahwa diare adalah penyakit yang ditandai
dengan buang air besar yang sering melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi
tinja yang melembek sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam
tinja.
Gejala diare atau mencret adalah
tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang
disertai Muntah, Badan lesu atau lemah, Panas, Tidak nafsu makan, Darah dan
lendir dalam kotoran
Faktor
yang mempengaruhi Diare:
a)
Keadaan lingkungan
b)
Perilaku masyarakat
c)
Pelayanan masyarakat
d)
Gizi
e)
Kependudukan
f)
Pendidikan
g)
Keadaan social ekonomi
Diare dapat ditanggulangi dengan
penanganan yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian terutama pada
balita.
Petugas
kesehatan dapat melakukan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan ,terutama dalam hal PHBS untuk mengurangi kejadian
Diare di kalangan masyarakat terutama usia balita.
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus